Langsung ke konten utama

Satu Puisi Zulkifli Songyanan (2013)




SURAT DARI BANDUNG
—buat Wieteke van Dort

Hallo, Nyonya.
Seorang perempuan tua
tersesat dalam tubuhku.
Ia mengingatkanku padamu
lewat Hallo Bandoeng
yang dengan lembut
diucapkannya saban waktu.
Dan konon, Nyonya
perempuan tua itu
masih mencari anak-cucunya
yang ditakdirkan hidup abadi
dalam sepotong refrain
pada lagu Belandamu.

(Sungguh aku tak mengenal siapa mereka
meski perempuan malang itu terus saja bicara:
anakku tentara, istrinya perempuan coklat dari Jawa).

Nyonya
tiap kali perempuan tua itu
bicara tentang rindu
aku mengerti, betapa sia-sia ia hidup.
Tanpa rendezvous, baginya, waktu
adalah sebatang sungai yang tandus.

Pernah suatu ketika
perempuan tua itu berteriak:
anakku, anakku!
keajaiban, kini terdapat
pada kepingan gulden dan bentangan kawat!

(Dan benar, Nyonya.
betapa ajaib akhirnya, gulden dan kawat
menyampaikan maut ke kelu mulutnya).

Terkenang perempuan tua itu
aku bertanya, kenapa saat orang-orang
kehilangan seluruh ungkapan dan kata-kata—

suara, tiba-tiba jadi perkara paling menyiksa.

2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI PANJANG ANNA AKHMATOVA

REKUIEM 1935-1940 Bukan, bukan di bawah naungan langit asing atau di bawah perlindungan orang asing aku berbagi bersama saudara sebangsaku tapi di sana, di mana kemalangan bangsaku telah berlalu. (1961) PENGANTAR Pada hari-hari mengerikan rezim Nikolai Yezhov kuhabiskan tujuh belas bulan dalam antrean penjara di Leningrad. Suatu ketika, seseorang ‘mengenaliku’ di sana. Lalu seorang perempuan, berdiri di belakangku, yang, tentunya, tak pernah mendengar namaku, seketika tersentak dari lamunannya yang lesu —hal wajar bagi kami di sana—lantas bertanya ke padaku, berbisik di telingaku (di sana setiap pembicaraan hanya berlangsung lewat bisikan): “Bisakah kau jelaskan semua ini?” dan kujawab: “Ya, aku bisa.” Tiba-tiba sesuatu yang mirip senyuman terpancar pada apa yang selama bertahun-tahun cuma seraut wajah datar. (Leningrad, 1 April 1957)  PERSEMBAHAN Gunung-gunung menggelincir karena bencana ini, sungai-sungai besar tak lagi mengalir...

KISAH DI BALIK LAGU ABAH IWAN

Judul Buku:      Mentari Sang Kelana: Cerita dan Makna Lagu-lagu Iwan Abdulrachman Penulis:             Arie Malangyudo Penerbit:           Kepustakaan Populer Gramedia Tahun Terbit:    September, 2017 (Cetakan Pertama)   Halaman:          xii + 273 hlm; 14 cm x 21 cm ISBN:               978-602-424-676-1 Iwan Abdulrachman alias Abah Iwan adalah nama penting dalam khazanah musik balada (folks) Indonesia. Karakternya kuat. Karya-karyanya memukau dan mantap. Kiprahnya sebagai musikus membentang sejak usia 17 tahun hingga sekarang. Lewat buku Mentari Sang Kelana: Cerita dan Makna Lagu-lagu Iwan Abdulrachman; Arie Malangyudo berupaya menggali pesan sekaligus menyingkap asbabu-nuzul lagu-lagu yang ditulis sang maestro. Sejak 196...

Satu Sajak Abdulla Tuqai

PENGARUH Di saat paling sulit dan keras dalam kehidupan; Jika aku terbakar dalam api rindu dan kepedihan: Cepat kubaca sebuah bagian indah dari al-quran, Seluruh luka direnggut oleh tangan gaib yang terulur dari jiwa. Bahkan seluruh keraguan terbang dari hati dan aku pun mulai menangis: Dengan tangisan suci kuurai mutiara di pipi; Hatiku sungguh bersih, kubaca iman dan menjadi seorang mukmin; Rasa nyaman melingkupi: aku terbebas dari beban berat menghimpit ini; Ya Allah! Segala yang kau larang sepenuhnya tertolak dan rusak, ucapku. Aku pun bersujud dan berkata “Allah Maha Benar! Allah Maha Besar!” 1908