Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

BALADA PAPANGGUNGAN (Versi Revisi)

(Ilustrasi diunduh dari sini ) Sebentang jalan dari arah Cisurupan bersimpang di paras Papanggungan. Berpetak kebun teh dan sayuran deretan elf pakidulan tiba-tiba mirip sajak segar dengan tema alam dan sosial berbarisan. Seorang kawan bernapas lewat sulur daun tomat dan umbi-umbian. Pikirannya akar jalar merambati kekosongan. Hatinya tanah resah menadah madah hujan. Bau pupuk kandang menyesakkan dengung lalat-lalat hitam kehijauan berkelindan dalam sebuah percakapan ihwal ideologi dan cocok-tanaman. (Saat itu, kabut nyaris memenuhi cakrawala dan udara, dan udara tak sedingin biasanya). “Bagiku, kawan memilih benih yang baik itu mengolah tanah dengan baik itu adalah upaya sederhana merawat sejarah dan iman jamaah dan aturan dari tipu daya penguasa.” Kawanku mengucap kalimat itu dengan nada ringan namun heroik penuh penghayatan. Bahkan tiap kata yang meluncur dari rongga suaranya seakan-akan hendak memupuk sekaligus meracuni pohon persahabatan diri kami. Sambil mengisap krete...

Bagaimana Penerbit Teroka Merayakan Buku

Sepanjang 2020, sependek amatan saya, rasa-rasanya tak ada penerbit independen (indie) di Indonesia yang memperlakukan penulis se-serius Penerbit Teroka. Sebelum buku naik cetak, mereka melakukan promosi amat gencar dan niat—lihat konten-konten media sosialnya . Setelah buku dicetak dan didistribusikan kepada pembaca (terutama lewat jaringan toko buku online ), penerbit juga rajin bikin diskusi. Selain menggelar diskusi mandiri, Teroka juga menggelar diskusi buku terbitan mereka lewat jalur kolaborasi dengan banyak pihak, antara lain: institusi pendidikan dan komunitas-komunitas literasi. Sekilas, hal demikian tampak biasa saja. Begitulah idealnya penerbit bekerja. Namun mengingat semua itu dilakukan secara daring—semua tahu, pandemi Covid-19 bikin banyak kegiatan mesti dilangsungkan via internet—apa yang dikerjakan Teroka justru menunjukkan kejelian mereka menyikapi peluang sekaligus menyiasati keadaan. Setelah buku dibaca publik dan publik menyampaikan tanggapannya lewat berbag...

Dari Baliho ke Video: Hubungan Saya dengan Uu Ruzhanul Ulum

“Cintailah kekasihmu sewajarnya, karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi seorang yang engkau benci. Dan bencilah orang yang engkau benci sewajarnya karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi kekasihmu.” (HR Tirmidzi, dishahihkan oleh syaikh Al Albani).  Hubungan saya dengan wakil gubernur Jawa Barat Uu Ruhzanul Ulum boleh dibilang seperti hubungan saya selaku fans Arsenal dengan pelatih Tottenham Hotspur Maurico Pochettino: saya sulit menyukainya, musykil bertemu langsung dengannya, namun diam-diam apa yang ia lakukan, khususon kemampuannya melepaskan diri dari sejumlah persoalan, sanggup mengubah perasaan kesal menjadi sebentuk kekaguman yang tak bisa dinafikan.  Demikianlah yang terjadi pada diri saya sejak pertama kali melihat sosok Uu beserta istri pertamanya dalam sebuah baliho di alun-alun Singaparna circa 2011. “Eh, ini bupati yang baru apa Narji Cagur, sih? Mirip betul!”  Jarak antara rumah saya dengan kantor tempat Uu bekerja selama 7 tahun tak lebih dari ...